Wayang
Kulit
Wayang kulit
adalah salah satu kekayaan budaya Indonesia yang telah dikenal oleh banyak
orang. Namun pernahkah anda menonton wayang secara langsung?. Saya sendiri
akhirnya menonton wayang kulit secara langsung karena tugas mata kuliah
filsafat. Saya dan teman-teman sekelas menonton pertunjukan wayang kulit di
Museum Sonobudoyo, Yogyakarta. Museum Sonobudoyo mengadakan pertunjukkan wayang
kulit setiap hari pada pukul 20.00-22.00 kecuali hari Minggu dan hari libur
nasional. Harga tiket yang diberlakukanpun cukup terhjangkau yaitu Rp 20.000 untuk satu kali pertunjukkan. Cerita yang ditampilkan setiap harinya berbeda dan dibagi menjadi
delapan cerita diantaranya the abduction
of Sintha, Hanoman mission, Rama’s dam, Anggada mission, the death of
Prahastha, Trigangga looks for his
father, the death of Kumbakarna,
dan the death of Rahwana.
Saya menonton
wayang pada tanggal 13 September 2019 dengan jadwal cerita yang akan
ditampilkan adalah Anggada Duta (Pengutusan Anggada). Tokoh utama pada cerita
tersebut adalah Rahwana, Rama dan Sintha. Kemudian tokoh pendukungnya ialah
Bathara Guru, Anggada, Prahasta, dan Indrajit. Cerita yang disampaikanpun
terbagi menjadi dua episode. Episode pertama bercerita dengan latar negara
Alengka. Diceritakan, Prabu Rahwana merasa sedih karena adiknya, Sarpakenaka
tewas dalam serangan pendahuluan melawan kera dari Maliawan. Saat itu juga,
Rama dan sekutunya telah berkemah di gunung Suwelagiri di dalam wilayah Alengka
untuk bersiap-siap melakukan serbuan.
Kemudian di
negara Alengka datanglah Anggada, utusan Rama. Anggada datang untuk
memperingatkan Rahwana agar segera menyerahkan Sintha kepada Rama. Jika tidak,
pasukan Rama akan merebutnya secara paksa dengan mengerahkan kekuatan penuh.
Anggada juga sesumbar bahwa ia adalah anak dari Subali, guru Rahwana di masa lalu.
Mendengar hal itu, Rahwana mencoba menghasut Anggada agar ia berbalik menyerang
Rama. Namun hasutannya tersebut tidak berhasil, Anggada justru merampas mahkota
Rahwana dan membawanya pergi ke Suwelagiri. Kejadian itu membuat Rahwana merasa
terhina, lalu naik ke Suralaya untuk meminta keadilan dari para Dewa.
Episode kedua
berlatar di Kahyangan Suralaya. Rahwana yang merasa terhina mendatangi Bathara
Guru. Ia menggugat Bathara Guru karena selalu memberikan kemenangan kepada Rama
dan pasukan keranya, sementara Alengka selalu menderita kekalahan. Rahwana
meminta Bathara Guru memberikan umur panjang kepadanya agar dapat mengalahkan
Ramawijaya. Bathara Guru menyutujui hal tersebut. Namun, Rama yang telah diberi
restu oleh Bathara Guru menjalankan siasat sehingga umur panjang yang
dikaruniakan kepada Rahwana berpindah kepada dirinya. Sehingga ajal Rahwana
akan datang kepadanya dalam waktu yang tidak lama lagi.
Kelanjutan kisah di atas akan diceritakan
pada penampilan wayang kulit berikutnya. Untuk mengetahui kelengkapan seluruh
kisahnya, maka kita harus menonton kedelapan cerita yang ditampilkan. Ketika
menonton mungkin akan sulit untuk memahi jalan cerita yang disampaikan oleh
pewayang, terlebih bahasa yang digunakan adalah bahasa jawa. Namun, ketika menonton
kita akan mendapatkan brosur yang berisikan ringkasan singkat mengenai cerita
yang akan ditampilkan. Hal itu akan membantu kita memahami jalan cerita yang
disampaikan.
Bagi saya,
menonton wayang kulit tidak hanya tentang memahami jalan ceritanya, namun juga
menikmati alunan musiknya dan menikmati bagaimana cara pewayang menyampaikan
cerita tersebut. Hal ini saya sadari ketika saya berbincang-bincang dengan
serang penonton wayang yang merupakan turis asal Prancis. Baginya menonton
wayang adalah menikmati musik dan penyampaiannya. Walaupun ia tidak memahami
apa yang disampaikan pewayang, dan tidak bisa membaca jalan cerita yang
tertulis di brosur karena jalan cerita tersebut tertulis dalam bahasa
Indinesia, namun ia tetap menikmati pertunjukan wayang sampai selesai. Saya
harap di kesempatan lain saya dapat kembali menonton wayang dengan jalan cerita
yang berbeda untuk mengetahui seluruh cerita lengkapnya.